Breaking News

Forklift dalam Industri Logistik Peranannya yang Krusial Mengelola Penggunaan Energi dengan Pendekatan Climate Management Strategi Sukses Membangun Bisnis Laundry yang Menguntungkan dengan Software untuk Laundry Ciri Khas Sate Padang yang Menggugah Selera - Indonesia Travel Kemudahan Penggunaan WhatsApp Business API untuk Bisnis Anda

Peristiwa meninggalnya pilot pesawat Citilink bernama Capt Boy Awalia Asnil, sesaat setelah pesawatnya melakukan pendaratan darurat di Bandara Juanda, Surabaya, Kamis pagi 21 Juli 2022 kemarin, bukan yang pertama kali terjadi dalam sejarah industri penerbangan sipil di Tanah Air. Saat itu pesawat Citilink jurusan Surabaya Makassar nomor penerbangan QG307 yang baru 15 menit mengudara meminta izin kepada menara pengawas bandara untuk return to base (RTB) alias kembali ke bandara asal karena pilot Boy Awalia Asnil yang bertugas menjadi pilot in command mengalami kondisi kedaruratan kesehatan. Peristiwa hampir serupa pernah terjadi di maskapai AirAsia dalam penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Bandung.

Penerbangan pesawat AirAsia nomor penerbangan AK416 dari Kuala Lumpur ke Bandung, mendadak dialihkan penerbangannya menuju Bandara Internasional Senai Johor di Malaysia bagian selatan pada Rabu, 24 Januari 2018 karena alasan darurat medis. Sang pilot bernama Bintang Purnomo asal Indonesia yang menerbangkan pesawat tersebut, meninggal dunia saat penerbangan sedang berlangsung. Sesaat setelah pesawat tersebut mendarat di Johor, tim medis melakukan penangana kepada sang pilot dan kemudian oleh seorang dokter di lapangan dinyatakan meninggal dunia.

Setelah melakukan penanganan sang pilot, pesawat AirAsia AK416 kemudian berangkat melanjutkan perjalanan dari Bandara Senai, Johor pukul jam 09.00 pagi dan tiba di Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung pada pukul 10.11 pagi WIB. Menurut keterangan polisi, sang pilot meninggal dalam usia 46 tahun dan kejadian ini diklasifikasikan sebagai kematian mendadak. Pilot Batik Air Pingsan di Udara

Kejadian lainnya adalah pilot pingsan saat pesawat sedang mengudara. Peristiwa ini pernah menimpa pilot Batik Air dengan rute penerbangan Tangerang Kupang, pada penerbangan di hari Minggu, 17 November 2019 dengan penerbangan bernomor ID 6548 rute Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang (CGK) tujuan Bandar Udara El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (KOE) take off pukul 09.12 WIB. Seusai jadwal, pesawat akan mendarat di El Tari pukul 12.40 WITA.

Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro mengatakan, sebelum menurunkan ketinggian, Pilot in Command (PIC) merasakan gangguan kesehatan dengan indikasi pusing berat sehingga membuat konsentrasi terpecah dan lemas. Setelah mendapat keluhan pilot y ang merasa lemas, sang pilot mendapatkan pertolongan pertama. Penerbangan ID 6548 dengan komando kopilot (first officer) dan menginformasikan bahwa akan mendarat dalam keadaan darurat. Pesawat mendarat di Bandar Udara El Tari pada 12.46 WITA. Setelah pesawat berada di landas parkir (apron) dan pada posisi sempurna, pilot segera mendapatkan pertolongan dan dibawa ke rumah sakit.

Seperti diketahui, pesawat Citilink nomor penerbangan QG307 dengan rute Surabaya ke Makassar (UPG) memutuskan RTB ke Bandara Juanda (SUB) karena Capt Boy Awalia Asnil sebagai pilot in command dalam penerbangan ke Makassar tersebut mengalami kedaruratan kesehatan. Pilot Capt Boy Awalia Asnil sempat dirujuk ke RS Mitra Keluarga di Waru, Sidoarjo, sesaat setelah pesawat Citilink mendarat dengan selamat di Bandara Juanda saat memutuskan RTB. Namun, hasil pemeriksaan dokter menyatakan Capt Boy Awalia Asnil, dinyatakan telah meninggal dunia.

Jenazah almarhum Capt Boy Awalia Asnil kemudian diterbangkan ke Jakarta di hari yang sama dan malam harinya dimakamkan di di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share Article: